Rabu, 24 September 2008

Hari Rabu 17/9/08 aku sendiri dikantor, Pak Aji Sakit, Pak Abu pergi dinas luar ke lubuk jambi. Tinggallah aku sendiri mengurus labor beton. aku melalui 3 hari berat, rabu, kamis dan jum'at. Tiap hari aku mengurus Administrasi, membuka cetakan, laporan, uji kuat tekan dan pengecoran ke lapangan. semua kukerjakan, waktu kelapangan kantor kukunci, dan aku pergi kelapangan mengangkat 6 silinder uji yang beratnya 1 buah lebih kurang 13 kilogram. tapi itulah keputusanku dalam kehidupanku. dan rupanya hidup itu walau sesuai dengan yang direncanakan kadang tidak sesuai dengan yang diprediksikan. inilah jalan hidupku.
Menurut rumus empiris, sebenarnya kehidupanku cukup senang dengan pekerjaanku yang dulu sebagai Pegawai Negeri Sipil (menurut orang Laen sih). Tapi aku sebenarnya tersiksa bathin bekerja sebagai PNS. apa kejelekannya ga usah lah aku kasih tahu, tapi pokoknya begitu deh.
Pendek kata aku sudah beralih pada kehidupanku yang baru. Dunia yang pernuh kerja dan kesibukan, dunia penuh pengayaan diri, dengan kerja "under pressure" dengan fisik dan mental yang harus tangguh untuk melakukan aktivitas pekerjaan dan tanggung jawab "amanah" yang diberikan perusahaan.
Hari Kamis 18/9/08 aku seperti hari yang lalu hanya sendirian dilabor beton, sementara pengecoran harus diawasi, dengan kerja rutin harus dilaksanakan. maka aku bekerja tanpa hentinya walau di bulan puasa. sampai jam 17.00 WIB aku baru pulang kekantor yg sebelumnya hanya kukunci. Aku kelelahan dan langsung pulang. Setelah hampir sampai dirumah, aku mendapat telpon dari kabidku, aku disuruh datang kekantor karena keperluan yang sangat mendesak. maka aku kembali lagi kekantor, rupanya setelah sampai dikantor aku diberitahu bahwa aku dapat amanah lagi untuk mewakili labor ke Muara Bungo. sebenarnya aku agak malas pergi, tapi karena perintah harus dijawab "siap, dilaksanakan". maka aku disuruh untuk berangkat pagi-pagi besoknya dengan syarat harus melimpahkan pekerjaan labor beton ke pak HD. Aku agak kalangkabut juga untuk persiapan, kebetulan uang dikantong ga juga ada standby, cuma 500 ribu. Panjar ga bisa kuambil. Maka aku cuma persiapkan kain untuk dibawa ke Muara Bungo.
Pendek kata berangkatlah aku ke Muara Bungo dengan travel Restu Ibu, dan tiba di muara Bungo jam 16.00 WIB. Aku istirahat sebentar, dan sharing dengan dinol tentang tugas-tugas labor disana.

0 komentar:

Posting Komentar